Oleh: H.Asmu'i Syarkowi
(Hakim Pengadilan Agama Semarang Kelas IA)
Pada upacara bendera biasanya ada satu sesi “mengheningkan cipta”. Aba-aba untuk itu biasanya langsung dipimpin oleh inspektur upacara (Pembina upacara). Kalimat aba-aba inspektur upacara biasanya beragam ada yang panjang ada yang seperlunya. Tetapi apapun redaksinya, semuanya pada intinya berisi ajakan untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur membela Negara atau pahlawan lainnya. Segera setelah inspektur upacara selesai memberi aba-aba…….”mengheningkan cipta mulai”, secara sayup-sayup diperdengarkan lagu “mengheningkan cipta”. Setelah lagu berhenti, inspektur upacara memberi aba-aba singkat dengan kata “selesai”.
Lagu yang biasanya dperdengarkan setelah proses pengibaran bendera selesai.itu pun sampai saat ini, di samping menjadi salah satu lagu nasional, juga menjadi lagu yang sering dinyanyikan dalam rangkaian upacara bendera 17 Agustus selain lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Oleh karena, mengheningkan cipta sendiri merupakan bentuk ritual dalam upacara bendera, biasanya saat mengheningkan cipta masing-masing perserta upacara mendengarkan lagu sambil berdoa sesuai keyakinan agama dan kepercayaannya masing-masing dengan penuh khidmat.
Meskipun lagu tersebut sering kita dengarkan tetapi hanya sebatas ritme (irama) dalam bentuk instrumentalia. Sedangkan lirik lagunya mungkin di antara kita masih banyak yang belum hafal. Ketidakhafalan ini untuk generasi sekarang memang wajar. Maraknya lagu-lagu populer, dangdut atau demam Korea, membuat kita dan anak-anak kita kurang tertarik dengan lagu-lagu kebangsaan.
Berikut untuk mengingatkan sekaligus memberikan edukasi yang belum hafal ada baiknya kita perkenalkan lagi lagu “mengheningkan cipta” tersebut.
Dengan seluruh angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja di ribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang wahai bunga putra bangsa
Harga jasa Kau cahya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Makna dan Lirik Lagu “Mengheningkan Cipta”
Lagu “Mengheningkan Cipta” di atas adalah salah satu karya dari Truno Prawit, seorang komposer asal Solo yang lahir pada 1915. Sebagaimana ditulis oleh Ahmad Efendi, (tirto.id, 06/09/2022), selain seniman, Prawit juga merupakan seorang pelaku sejarah, yang banyak mengasah kemampuan bermusiknya di Staf Musiek Kraton Surakarta. Sepanjang hidupnya, ia menggubah beberapa lagu, di antaranya “Mars Diponegoro”, “Rasa Kebangsaan”, “Hari Pahlawan”, “Bersatulah”, “Hari Angkatan Perang”, “Tanah Airku”, hingga “Indonesia Pusaka”. Karya “Mengheningkan Cipta” menjadi salah satu dari banyak lagu ciptaannya yang monumental. Selain karena jadi lagu yang wajib pada setiap upacara bendera, lirik lagunya juga mengandung makna yang dalam. Misalnya, dalam lirik “Nan gugur remaja di ribaan bendera” dan “Bela Nusa Bangsa”, yang menunjukkan bahwa pahlawan adalah orang yang gugur demi menegakkan bendera negara dan demi membela nusa-bangsa Indonesia.
Melalui lirik tersebut, ia ingin menyampaikan, sosok “pahlawan sejati” adalah seseorang yang gagah dan berani, serta rela mengorbankan apa pun untuk sebuah kebenaran, yakni membela nusa dan bangsa. Begitu juga halnya pada dua lirik di akhir lagu, “Kau Cahya pelita” dan “Bagi Indonesia merdeka”. Dua lirik tersebut menggambarkan bahwa para pahlawan bagaikan lampu yang memberikan cahaya dan dengan cahaya lampu tersebut, mereka mampu menuntun Indonesia menjadi negara yang merdeka.
Dalam sejarahnya, “ritual” ini pertama kali dilakukan oleh Presiden pertama RI Ir. Soekarno tahun 1958, saat upacara peringatan Hari Pahlawan di Ambon, sekaligus pengumpulan dukungan bagi upaya pembebasan Irian Barat. Sejak saat itu, kebiasaan menyanyikan lagu “Mengheningkan Cipta” dalam upacara bendera dijalankan hingga kini.
Let’s love our country!
